72 research outputs found

    International Lifestyle Migration and Social Marginalization on the Tourism Village

    Get PDF
    By conducting qualitative research that supported with quantitative data analysis, it has founded that International lifestyle migration which committed by Middle East citizens (Saudi Arabian and Qatar) at South Tugu Village, Cisarua in East Java Indonesia as the destination for village tourism - have been raising social unequality. International lifestyle migration process on this village had occured along with International refugee resettlement from Asian country (Pakistan, Afganistan, Morocco,Myanmar ) which is inevitable became as a source of social change. It was begin by the growth of livelihood and economic behavior of local community itself that keenly more dependent on the tourism enterprises. The change of house building and settlement patterns were also followed by the transformation of land occupation and ownership. Moreover, it is identified by manner of speech, eating habits and also public order and security. However, apparently those changes are not enganging with the presence of social welfare equality. On the contrary, such development has been precisely marginalizing the poor community on the village

    Climate Change Adaptation Strategy of Upland Farmers (Study of Farmers in Dieng Plateau, Banjarnegara Regency)

    Get PDF
    ABSTRACTClimate change in the Dieng Plateau area is characterized into five local climatic phenomenon: (1) extreme rainfalls, (2) drought in agriculture, (3) hurricans, (4) extreme temperature, and (5) the unpredictable season. Farmers adaptation strategy towards those adverse impacts is identified by occupation of agriculture land. This land occupation also determines access to capital and intensity level of climate change vulnerability. If a farmer household occupies larger lands, so the access to capital is also more and the intensity level of climate change vulnerability becomes lower. On the contrary, smaller lands occupied leaves farmer households with low access to capital and high climate change vulnerability.Keywords: climate change, adaptation strategy, vulnerability, farmer householdABSTRAKPerubahan iklim di Dataran Tinggi Dieng ditandai oleh lima fenomena iklim lokal yaitu: (1) curah hujan yang semakin ekstrem, (2) kekeringan yang melanda pertanian, (3) angin ribut, (4) suhu ekstrem, dan (5) musim yang sulit diprediksi. Strategi adaptasi untuk menghadapi kondisi iklim tersebut dilakukan oleh rumah tangga petani berdasarkan tingkat penguasaannya terhadap lahan pertanian. Luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga menentukan akses terhadap modal dan intensitas tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim. Semakin luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga petani maka nilai akses terhadap modal relatif lebih tinggi dan tingkat kerentanannya terhadap perubahan iklim semakin rendah. Sebaliknya, Semakin luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga petani maka nilai akses terhadap modal akan semakin rendah dan tingkat kerentanannya terhadap perubahan iklim semakin tinggi.Kata kunci: perubahan iklim, strategi adaptasi, kerentanan, rumah tangga petan

    Relationhip Between a Type of Leadership Head of Village with the Quality of Village Service

    Full text link
    Gaya kepemimpinan direktif dan konsultatif diterapkan oleh kepala desa dan disesuaikan untuk permasalahan. Tipe direktif digunakan ketika melimpahkan tugas kepada petugas desa. Tipe konsultatif digunakan dalam mengarahkan pekerja ketika memberikan pelayanan publik. Tujuan penelitianini adalah menganalisis hubungan antara tipe kepemimpinan kepada desa dengan kualitas pelayanan publik. Metode penelitian yang digunakan adalah accidental sampling dengan total responden sebanyak 60 orang. Pengolahan data menggunakan uji korelasi rank-spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan konsultatif dapat meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Hal ini dibuktikan sebesar 80 persen responden menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan konsultatif dengan kualitas pelayanan publik

    Ethnic Identity Formation in Local Political Economic Arena

    Get PDF
    Pembentukan identitas etnik di arena ekonomi politik lokal penting untuk dikaji dalam rangka memahami pluralisme di Indonesia. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mempelajari pembentukan identitas etnik di arena ekonomi politik lokal. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan paradigma non-positivistik perspektif struktural-konstruktivisme. Unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kendari, Sulawesi Tenggara. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, wawancara tertruktur dan Focus Grup Discussion (FGD) yang dilakukan aktor dari latar belakang berbagai etnis (Tolaki, Muna, Buton, dan Bugis) dan berbagai profesi (politisi, birokrasi, akademisi, and aktivis LSM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan identitas etnik di arena politik lokal dipengaruhi oleh sejarah kelompok etnis (posisi) dan pengalaman aktor (disposisi). Dari keduanya, bentuk garis yang berkelanjutan membentuk suatu interaksi (kesenangan) yang dinamakan pembentukan identitas etnik. Struktur ini mengacu pada dua bentuk: (1) bentuk identitas etnik dengan skala besar dan (2) pembentukan batas identitas etnik. Kedua struktur tersebut merupakan penentu arena ekonomi politik lokal. Psinsip hirarki ganda (prinsip hirarki heteronomus dan autonomus) memberikan kontribusi pada pembentukan identitas etnik yang disebabkan oleh mobilisasi [identitas], positif atau negatif

    Pattern of Production Relationship of Ponggawa - Petambak: The Pattern of Patron - Client Relationship (The Case of Ponggawa - Petambak Community at Babulu Laut Village, Babulu District, Pasir Regency, East Kalimantan Province)

    Get PDF
    The relationship of Ponggawa - Petambak in fishfond aquaculture activity was a common phenomenon at many coastal village areas, particularly Babulu Laut Village (East Kalimantan). Although the relationship was considered to exploit petambak, but it had been institutionalized and hadn't been substituted with government formal institution. The aims of this research were (1) to identify interaction network pattern in fishfond aquaculture production and (2) to study the pattern of production relationship of ponggawa - petambak and social function in living of petambak community. Qualitative and quantitative approaches were integrated in this research. The research used survey and case study methods, applying full enumeration survey, observation and in-dept interview

    Strategi Pengembangan Potensi Wisata Bahari Kabupaten Bangka Selatan (Studi Kasus Pulau Kelapan Lepar Pongok)

    Get PDF
    Potensi wisata bahari di Pulau Kelapan belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah dan pemangku kepentingan sehingga menimbulkan beberapa kendala terhadap lokasi properti wisata bahari di Pulau Kelapan, seperti keterbatasan infrastruktur, kurangnya promosi, keterbatasan infrastruktur dan fasilitas pendukung, dan akses yang sulit. dan transportasi ke tempat-tempat wisata. Oleh karena itu sektor ini belum mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Dalam hal pengembangan pariwisata jangka panjang, potensi ini perlu dikembangkan. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif, analisis matriks faktor Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) untuk menganalisis faktor-faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan wisata bahari di Pulau Kelapan, serta SWOT. . dan analisis QSPM untuk menentukan prioritas strategis pengembangan potensi wisata bahari Pulau Kelapan Kabupaten Bangka Selatan

    Relationhip Between a Type of Leadership Head of Village with The Quality of Village Service

    Get PDF
    Gaya kepemimpinan direktif dan konsultatif diterapkan oleh kepala desa dan disesuaikan untuk permasalahan. Tipe direktif digunakan ketika melimpahkan tugas kepada petugas desa. Tipe konsultatif digunakan dalam mengarahkan pekerja ketika memberikan pelayanan publik. Tujuan penelitianini adalah menganalisis hubungan antara tipe kepemimpinan kepada desa dengan kualitas pelayanan publik. Metode penelitian yang digunakan adalah accidental sampling dengan total responden sebanyak 60 orang. Pengolahan data menggunakan uji korelasi rank-spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan konsultatif dapat meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Hal ini dibuktikan  sebesar 80 persen responden menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan konsultatif dengan kualitas pelayanan publik. Kata kunci : gaya kepemimpinan, kualitas pelayanan publi

    The Role of Paguyuban in Rural Development

    Full text link
    Balikpapan merupakan daerah dengan masyarakat yang multietnik. Konsekuensi dari masyarakat beragam tersebut tentunya berdampak pada cukup banyak muculnya paguyuban etnis. Masingmasing paguyuban etnis ini memiliki norma dan nilai yang mempengaruhi individu dalam berprilaku dan mengambil keputusan. Oleh sebab itu penting untuk melihat bagaimana pengaruh paguyuban etnis dalam mendorong terbentuknya pilarisasi masyarakat dan dampaknya pada pembangunan desa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dan eksplorasi. Kehadiran paguyuban pada dasarnya memperkuat identitas etnik dan mendorong terjadinya pilarisasi masyarakat. Selain itu paguyuban etnis juga mendorong pembangunan kawasan desa melalui elit-elit yang tergabung di paguyuban tersebut untuk kepentingan etnisnya dan menjadi sarana pengaman bagi masyarakat miskin yang tidak bisa menerima manfaat langsung dari pembangunan kawasan tersebut

    Dilema dalam Transformasi Desa ke Nagari : Studi Kasus di Kenagarian IV Koto Palembayan, Provinsi Sumatera Barat

    Get PDF
    The implementation of local autonomy regime gives an interesting socio-political explanation of how is the local genuine governance system, the so-called nagari, to operate in West Sumatera. Based on Law No. 22/1999 as amended by Law No. 32/2004, the Regional Government of West Sumatera introduced Regional Law No. 9/2000 as legal foundation to regulate the implementation of nagari in the region. The study, was conducted in Nagari IV Koto Palembayan, District of Agam, Province of West Sumatera. It was intended to 1) describe and analyze the implication of structural change from nagari to desa and its return to nagari system, 2) analyze potential conflicts that occur in the transformation from desa to nagari. The study used qualitative approach, in which data and information were mostly collected by in-depth interviews supported by observation, study of literature and documents. It was found that 1) such intervention brought about widely social change at local level, 2) the transformation from desa to nagari stimulated some potential conflicts at local level. It is realized that it is uneasy for the government to synergize modern and traditional institution of governance in a single system. In case, the control of such a complicated system is very poor, then the implementation of nagari system is substantially hindered
    corecore